PENDAHULUAN
Emulsi adalah sistem 2 fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain dalam bentuk tetesan kecil. (Farmakope Indonesia V)
Emulsi adalah suatu campuran yang tidak stabil secara termodinamika yang terdiri dari 2 cairan yang tidak saling bercampur. (Lachman :1092).
Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersi terdiri dari bulatan - bulatan kecil yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur.
Berdasarkan asalnya, emulsi dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
1. Emulsi alam atau emulsi vera
Merupakan emulsi yang berasal dari alam,
terbuat dari biji-bijian.
Mengandung banyak lemak, protein, dan air.
Emulsi ini
tidak perlu ditambahkan emulgator dari luar untuk menambah stabilitasnya
dan menyatukan fase yang terpisah, hal ini disebabkan karena emulsi ini
mengandung senyawa protein yang dapat berfungsi sebagai emulgator.
2. Emulsi buatan atau emulsi spuria
merupakan emulsi yang dibuat dengan
mencampurkan minyak lemak dan air.
Jenis emulsi ini memerlukan emulgator
dari luar untuk menyatukan dua fase yang terpisah.
Emulsi dibuat dengan tujuan untuk memperoleh sediaan cair homogen yang
tidak saling campur, bersifat stabil dan merata. Sediaan emulsi ini dapat digunakan
untuk tujuan oral maupun untuk pemakaian topikal pada kulit.
KOMPONEN EMULSI
1. Komponen dasar
Komponen ini merupakan pembentuk emulsi yang utama, terdiri dari :
a. Fase dispers
Fase ini merupakan zat cair yang umumnya berjumlah lebih sedikit
dan tersebar merata menjadi butiran atau tetesan kecil di dalam suatu
emulsi. Fase ini juga dikenal dengan istilah fase internal atau fase dalam.
b. Fase kontinue
Fase ini merupakan zat cair yang umumnya berjumlah lebih banyak
dan menjadi bahan dasar atau medium dispers dari suatu emulsi. Fase ini
juga dikenal dengan istilah fase eksternal atau fase luar
2. Komponen tambahan
Komponen ini merupakan bahan tambahan yang digunakan untuk
mendukung kualitas dari sediaan emulsi.
Komponen ini antara lain :
a. Corrigen atau zat tambahan yang digunakan untuk memperbaiki zat
utama.
Corrigen saporis (perasa) misalnya sirup, corrigen odoris (pewangi)
Contih : : minyak atsiri, corrigen coloris (pewrana), dan lain-lain.
b. Bahan pengawet atau preservative merupakan bahan yang ditambahkan
untuk mencegah pertumbuhan mikroba atau perubahan kimiawi pada
emulsi.
Contoh : metil paraben, propil
paraben, asam benzoat, asam sorbat, benzalkonium klorida, dan lain-lain.
c. Antioksidan merupakan bahan yang digunakan untuk mencegah atau
memperlambat terjadinya oksidasi.
Conntohnya : asam sitrat, asam
galat, asam askorbat, propil galat, dan lain-lain.
Tipe Emulsi
Emulsi dapat digolongkan berdasarkan jenis zat cair yang berfungsi sebagai
fase internal dan fase eksternalnya, yaitu :
1. Emulsi tipe o/w (oil in water) atau m/a (minyak dalam air)
Merupakan tipe
emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar merata dalam air.
Butiran minyak sebagai fase internal
Air sebagai fase eksternal
sehingga jumlah air dalam tipe emulsi
ini lebih banyak daripada jumlah minyak.
2. Emulsi tipe w/o (water in oil) atau a/m (air dalam minyak)
Merupakan tipe
emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar merata dalam cairan minyak.
Butiran air sebagai fase internal
Minyak sebagai fase eksternal
sehingga jumlah minyak dalam tipe emulsi ini
lebih dominan daripada jumlah air.
Teori Pembentukan Emulsi
Terbentuknya suatu sediaan emulsi dapat terjadi melalui 4 macam teori yang
berbeda, antara lain :
1. Teori tegangan permukaan
Suatu molekul memiliki dua sifat tarik menarik yaitu adhesi dan kohesi.
Apabila tarik menarik itu antar molekul yang sejenis disebut dengan daya
kohesi, sedangkan tarik menarik antar molekul yang tidak sejenis disebut daya adhesi.
Daya kohesi suatu zat selalu sama sehingga pada permukaan suatu
cairan akan terjadi perbedaan tegangan yang disebabkan karena terjadi
ketidakseimbangan daya kohesi. Tegangan yang terbentuk dari peristiwa
tersebut dikenal dengan istilah tegangan permukaan (surface tension).
Terjadinya perbedaan tegangan bidang batas (interfacial tension) antara
dua cairan yang tidak saling campur (immicible liquid) dapat dijelaskan dengan
cara yang sama.
Prinsipnya adalah semakin tinggi perbedaan tegangan yang
terbentuk pada bidang batas antar cairan, makan dua zat cair tersebut akan
semakin sulit untuk bercampur.
Tegangan permukaan pada air akan meningkat
dengan penambahan elektrolit atau garam anorganik, tetapi akan berkuran
dengan penambahan senyawa organik tertentu superti sabun sebagai
emulgator.
Dapat diambil kesimpulan bahwa dengan menurunkan tegangan
permukaan suatu cairan, maka dua zat cair tersebut dapat saling bercampur,
salah satu metode yang dilakukan untuk menurunkan tegangan permukaan
tersebut adalah dengan menambahkan emulgator.
2. Teori orientasi bentuk baji (oriented wedge)
Dalam hal ini, pembentukan emulsi didasarkan pada kelarutan selektif
dari molekul emulgator. Berdasarkan kelarutan tersebut, molekul emulgator
dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu :
a. Kelompok hidrofilik
Merupakan bagian dari emulgator yang suka atau
dapat bercampur dengan air
b. Kelompok lipofilik
Merupakan bagian dari emulgator yang suka atau dapat
bercampur dengan minyak.
Kelompok-kelompok tersebut dapat mencari, mendekat dan bergabung
dengan zat cair yang disukainya. Kelompok hidrofilik akan membentuk ikatan
dengan molekul air, sedangkan kelompok lipofilik akan berikatan dengan
molekul minyak. Emulgator akan menjadi penghubung antara fase minyak dan
fase air, sehingga akan menghasilkan suatu sediaan emulsi yang seimbang dan
merata antara fase air dan fase minyak. Emulgator memiliki nilai keseimbangan antara kelompok hidrofil dan
lipofil yang berbeda-beda.
Nilai keseimbangan ini disebut juga dengan istilah
HLB (Hydrophyl Lipophyl Balance) yang menyatakan :
Perbandingan antara
kelompok hidrofil dan kelompok lipofil yang terkandung di dalam suatu zat.
Bila nilai HLB tinggi, maka semakin banyak kelompok hidrofil yang
terkandung di dalamnya dan emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air.
Sebaliknya, jika nilai HLB rendah, maka semakin banyak kelompok lipofil yang
terkandung di dalam emulgator tersebut.
Harga HLB
1 - 3 : Digunakan sebagai foaming agent
3 - 6 : Digunakan sebagai emulgator tipe w/o
7 - 9 : Digunakan sebaagai bahan pembasah (weeting agent)
8 - 18 : Digunakan sebagai emulgator tipe w/o
13 - 15 : Digunakan sebagai detergent
15 - 20 : Digunakan sebagai peningkat kelarutan (solubilizing agent)
3. Teori lapisan antarmuka
Teori ini disebut juga dengan interfacial film, yaitu pembentukan film
karena emulgator yang diserap pada batas antara fase air dan fase minyak.
Lapisan film tersebut akan membungkus atau melapisi partikel terdispersi,
sehingga menghalangi usaha antar partikel yang sejenis untuk dapat
bergabung dan menyebabkan fase dispers akan lebih stabil.
Beberapa syarat yang harus dimiliki emulgator agar menghasilkan emulsi yang
stabil adalah sebagai berikut :
a. Jumlah emulgator harus cukup untuk menutupi seluruh permukaan fase
dispers
b. Emulgator harus segera membentuk lapuisan film dengan cepat
c. Lapisan film yang terbentuk harus bersifat kuat tetapi lunak
4. Teori electrik double layer
Pada emulsi tipe o/w, minyak akan terdispersi ke dalam air, lapisan air
yang bersentuhan dengan permukaan minyak akan memiliki muatan yang sejenis, sedangkan lapisan yang berikutnya akan memiliki muatan yang
berlawanan jenis dengan lapisan di depannya.
Oleh karena itu, setiap partikel
minyak seakan - akan dilindungi oleh dua benteng lapisan dengan muatan listrik
yang berbeda dan saling berlawanan. Benteng itu akan menolak gaya dari
partikel minyak yang akan bergabung dengan partikel minyak lainnya dalam
membentuk suatu molekul yang besar.
Sehingga akan terjadi peristiwa saling
tolak menolak antar sesama partikel dan stabilitas emulsi akan meningkat.