Selasa, 03 Januari 2023

MATERI SEDIAAN EMULSI (BAGIAN 01)

PENDAHULUAN

Emulsi adalah sistem 2 fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain dalam bentuk tetesan kecil. (Farmakope Indonesia V)

Emulsi adalah suatu campuran yang tidak stabil secara termodinamika yang terdiri dari 2 cairan yang tidak saling bercampur. (Lachman :1092).

Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersi terdiri dari bulatan - bulatan kecil yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur.

Berdasarkan asalnya, emulsi dibagi menjadi 2 jenis yaitu : 

1. Emulsi alam atau emulsi vera
Merupakan emulsi yang berasal dari alam, terbuat dari biji-bijian. 
Mengandung banyak lemak, protein, dan air. 
Emulsi ini tidak perlu ditambahkan emulgator dari luar untuk menambah stabilitasnya dan menyatukan fase yang terpisah, hal ini disebabkan karena emulsi ini mengandung senyawa protein yang dapat berfungsi sebagai emulgator. 

2. Emulsi buatan atau emulsi spuria
merupakan emulsi yang dibuat dengan mencampurkan minyak lemak dan air. 
Jenis emulsi ini memerlukan emulgator dari luar untuk menyatukan dua fase yang terpisah. 
Emulsi dibuat dengan tujuan untuk memperoleh sediaan cair homogen yang tidak saling campur, bersifat stabil dan merata. Sediaan emulsi ini dapat digunakan untuk tujuan oral maupun untuk pemakaian topikal pada kulit.

KOMPONEN EMULSI


1. Komponen dasar 

Komponen ini merupakan pembentuk emulsi yang utama, terdiri dari : 

a. Fase dispers 

Fase ini merupakan zat cair yang umumnya berjumlah lebih sedikit dan tersebar merata menjadi butiran atau tetesan kecil di dalam suatu emulsi. Fase ini juga dikenal dengan istilah fase internal atau fase dalam. 

b. Fase kontinue 

Fase ini merupakan zat cair yang umumnya berjumlah lebih banyak dan menjadi bahan dasar atau medium dispers dari suatu emulsi. Fase ini juga dikenal dengan istilah fase eksternal atau fase luar

2. Komponen tambahan 

Komponen ini merupakan bahan tambahan yang digunakan untuk mendukung kualitas dari sediaan emulsi. 
Komponen ini antara lain : 

a. Corrigen atau zat tambahan yang digunakan untuk memperbaiki zat utama. 
Corrigen saporis (perasa) misalnya sirup, corrigen odoris (pewangi)  
Contih : : minyak atsiri, corrigen coloris (pewrana), dan lain-lain. 

b. Bahan pengawet atau preservative merupakan bahan yang ditambahkan untuk mencegah pertumbuhan mikroba atau perubahan kimiawi pada emulsi. 
Contoh : metil paraben, propil paraben, asam benzoat, asam sorbat, benzalkonium klorida, dan lain-lain. 

c. Antioksidan merupakan bahan yang digunakan untuk mencegah atau memperlambat terjadinya oksidasi. 
Conntohnya : asam sitrat, asam galat, asam askorbat, propil galat, dan lain-lain. 

Tipe Emulsi 


Emulsi dapat digolongkan berdasarkan jenis zat cair yang berfungsi sebagai fase internal dan fase eksternalnya, yaitu : 

1. Emulsi tipe o/w (oil in water) atau m/a (minyak dalam air)

Merupakan tipe emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar merata dalam air. Butiran minyak sebagai fase internal
Air sebagai fase eksternal
sehingga jumlah air dalam tipe emulsi ini lebih banyak daripada jumlah minyak. 

2. Emulsi tipe w/o (water in oil) atau a/m (air dalam minyak)

Merupakan tipe emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar merata dalam cairan minyak. 
Butiran air sebagai fase internal
Minyak sebagai fase eksternal
sehingga jumlah minyak dalam tipe emulsi ini lebih dominan daripada jumlah air.

Teori Pembentukan Emulsi 


Terbentuknya suatu sediaan emulsi dapat terjadi melalui 4 macam teori yang berbeda, antara lain : 

1. Teori tegangan permukaan 

Suatu molekul memiliki dua sifat tarik menarik yaitu adhesi dan kohesi. Apabila tarik menarik itu antar molekul yang sejenis disebut dengan daya kohesi, sedangkan tarik menarik antar molekul yang tidak sejenis disebut daya adhesi
    Daya kohesi suatu zat selalu sama sehingga pada permukaan suatu cairan akan terjadi perbedaan tegangan yang disebabkan karena terjadi ketidakseimbangan daya kohesi. Tegangan yang terbentuk dari peristiwa tersebut dikenal dengan istilah tegangan permukaan (surface tension). 
    Terjadinya perbedaan tegangan bidang batas (interfacial tension) antara dua cairan yang tidak saling campur (immicible liquid) dapat dijelaskan dengan cara yang sama. 

Prinsipnya adalah semakin tinggi perbedaan tegangan yang terbentuk pada bidang batas antar cairan, makan dua zat cair tersebut akan semakin sulit untuk bercampur. 

Tegangan permukaan pada air akan meningkat dengan penambahan elektrolit atau garam anorganik, tetapi akan berkuran dengan penambahan senyawa organik tertentu superti sabun sebagai emulgator. 

Dapat diambil kesimpulan bahwa dengan menurunkan tegangan permukaan suatu cairan, maka dua zat cair tersebut dapat saling bercampur, salah satu metode yang dilakukan untuk menurunkan tegangan permukaan tersebut adalah dengan menambahkan emulgator.

2. Teori orientasi bentuk baji (oriented wedge) 

Dalam hal ini, pembentukan emulsi didasarkan pada kelarutan selektif dari molekul emulgator. Berdasarkan kelarutan tersebut, molekul emulgator dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu :

a. Kelompok hidrofilik

Merupakan bagian dari emulgator yang suka atau dapat bercampur dengan air 

b. Kelompok lipofilik

Merupakan bagian dari emulgator yang suka atau dapat bercampur dengan minyak. Kelompok-kelompok tersebut dapat mencari, mendekat dan bergabung dengan zat cair yang disukainya. Kelompok hidrofilik akan membentuk ikatan dengan molekul air, sedangkan kelompok lipofilik akan berikatan dengan molekul minyak. Emulgator akan menjadi penghubung antara fase minyak dan fase air, sehingga akan menghasilkan suatu sediaan emulsi yang seimbang dan merata antara fase air dan fase minyak. Emulgator memiliki nilai keseimbangan antara kelompok hidrofil dan lipofil yang berbeda-beda. 

        Nilai keseimbangan ini disebut juga dengan istilah HLB (Hydrophyl Lipophyl Balance) yang menyatakan :
Perbandingan antara kelompok hidrofil dan kelompok lipofil yang terkandung di dalam suatu zat. 

Bila nilai HLB tinggi, maka semakin banyak kelompok hidrofil yang terkandung di dalamnya dan emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air. 
Sebaliknya, jika nilai HLB rendah, maka semakin banyak kelompok lipofil yang terkandung di dalam emulgator tersebut.

Harga HLB
1 - 3            : Digunakan sebagai foaming agent
3 - 6            : Digunakan sebagai emulgator tipe w/o
7 - 9            : Digunakan sebaagai bahan pembasah (weeting agent)
8 - 18          : Digunakan sebagai emulgator tipe w/o
13 - 15        : Digunakan sebagai detergent
15 - 20        : Digunakan sebagai peningkat kelarutan (solubilizing agent)

3. Teori lapisan antarmuka 

Teori ini disebut juga dengan interfacial film, yaitu pembentukan film karena emulgator yang diserap pada batas antara fase air dan fase minyak. 
Lapisan film tersebut akan membungkus atau melapisi partikel terdispersi, sehingga menghalangi usaha antar partikel yang sejenis untuk dapat bergabung dan menyebabkan fase dispers akan lebih stabil. 

Beberapa syarat yang harus dimiliki emulgator agar menghasilkan emulsi yang stabil adalah sebagai berikut : 
a. Jumlah emulgator harus cukup untuk menutupi seluruh permukaan fase dispers 
b. Emulgator harus segera membentuk lapuisan film dengan cepat 
c. Lapisan film yang terbentuk harus bersifat kuat tetapi lunak 

4. Teori electrik double layer 

Pada emulsi tipe o/w, minyak akan terdispersi ke dalam air, lapisan air yang bersentuhan dengan permukaan minyak akan memiliki muatan yang sejenis, sedangkan lapisan yang berikutnya akan memiliki muatan yang berlawanan jenis dengan lapisan di depannya. 

Oleh karena itu, setiap partikel minyak seakan - akan dilindungi oleh dua benteng lapisan dengan muatan listrik yang berbeda dan saling berlawanan. Benteng itu akan menolak gaya dari partikel minyak yang akan bergabung dengan partikel minyak lainnya dalam membentuk suatu molekul yang besar. 

Sehingga akan terjadi peristiwa saling tolak menolak antar sesama partikel dan stabilitas emulsi akan meningkat.

MATERI SEDIAAN PULVIS ET PULVERES