SEDIAAN OBAT SUSPENSI
Menurut Farmakope Indonesia V, Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
Sesuai sifatnya, partikel yang terdapat dalam suspensi dapat mengendap pada dasar wadah bila didiamkan. Pengendapan seperti pemadatan, sehingga sulit terdispersi kembali, walaupun dengan pengocokkan.
Kenapa dibuat sediaan bentuk suspensi ????
1. Beberapa orang sulit menelan obat bentuk tablet.2. Sukar larut dalam air.
3. Dalam bentuk terlarut berasa pahit
4. Labih stabil secara kimia daripada bentuk terlarut
5. Lebih siap secara bioavibilitas daripada bentuk tablet/kapsul.
Cara mengatasi masalah tersebut adalah perlu ditambahkan zat yang sesuai untuk meningkatkan kekentalan dan bentuk gel suspensi seperti tanah liat, surfaktan, poliol atau gula.
Hal yang sangat penting adalah suspensi harus dikocok dengan baik sebelum digunakan untuk menjamin distribusi bahan padat yang merata dalam pembawa sehingga menjamin keseragaman dan dosis yang tepat.
Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intravena (I.V) dan intatekal.
Suspensi disimpan dalam wadah tertutup rapat.
Sistem Dispersi adalah suatu sistem imun heterogen yang terdiri atas 2 fase, dengan fase internal terdistribusi atau fase terdispersi dalam fase eksternal.
Suspensi disimpan dalam wadah tertutup rapat.
Sistem Dispersi adalah suatu sistem imun heterogen yang terdiri atas 2 fase, dengan fase internal terdistribusi atau fase terdispersi dalam fase eksternal.
Bentuk sediaan suspensis sering dipilih jika obat tidak larut dalam pembawa (umumnya air), pada dosis/takaran obat yang diperlukan, dan/atau usaha untuk melarutkan melalui cara penggunaan kosolven menimbulkan masalah pada stabilitas produk.
KEUNTUNGAN SEDIAAN SUSPENSI
1. Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet / kapsul, terutama anak-anak.2. Homogenitas tinggi
3. Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet / kapsul (karena luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat).
4. Dapat menutupi rasa tidak enak / pahit obat (dari larut / tidaknya)
5. Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.
KEKURANGAN SEDIAAN SUSPENSI
1. Kestabilan rendah (pertumbuhan kristal (jika jenuh), degradasi, dan lainlain)2. Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali sehingga homogenitasnya turun.
3. Aliran menyebabkan sukar dituang
4. Ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan
5. Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi (cacking, flokulasi-deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi / perubahan temperatur.
6. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang diinginkan.
7. Penyiapan lebih komplek apalagi untuk sediaan injeksi
8. Setelah dicampurkan tidak tahan lama (khusus serbuk kering yang
diambah pensuspensi)
Macam - macam suspensi
Suspensi menurut jenisnya
a. Suspensi siap digunakan
b. Suspensi yang dikonstitusikan dengan sejumlah air pro injeksi atau
pelarut lain yang sesuai Sebelum digunakan.
Suspensi yang berupa campuran padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu seperti ini disebut ''untuk suspensi oral''. Dry suspensi kering atau rekonstitusi/terekonstitusi.
- Suspensi ini umumnya untuk antibiotika yang tidak stabil dalam bentuk cairan untuk waktu penyimpanan yang lama dan dibuat dengan komponen lain, yaitu pensuspensi, pewarna, pemanis dan pengaroma sehingga bila sediaan ini akan diserahkan kepada pasien, peracik obat tinggal menambahkan sejumlah air pembawa dan mengocok campuran sampai homogen.
- Pada etiket dry suspensi harus tertera :
1. Volume cairan pembawa yang diperlukan
2. Sebelum digunakan, dilarutkan atau disuspensikan dahulu dalam cairan pembawa.
Suspensi Menurut penggunaannya
Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat
dalam bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan
pengaroma yang sesuai, yang ditujukan untuk penggunaan oral. Suatu sediaan cair yang penggunaannya melalui saluran
pencernaan (diminum). Sediaan ini mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi merata dalam cairan pembawa air.
Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat
dalam bentuk halus yang terdispersi dalam cairan pembawa cair yang
di tunjukkan untuk penggunaan kulit. Mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi merata
dalam cairan pembawa yang sesuai. Suspensi topikal ini dikenal juga dengan
istilah Lotio. Sediaan lotio memiliki karakteristik menyebar pada area kulit
saat digunakan dan harus segera kering sehingga tidak mudah mengalir dalam pemakaian. Dalam formula lotio sering ditambahkan etanol 90% untuk
mempercepat proses pengeringan dan memberikan rasa dingin saat pemakaian.
Disamping itu, suspensi ini juga dapat ditambahkan gliserol untuk menjaga
kelembapan kulit. Contoh sediaan suspensi topikal adalah Caladine® Lotion.
Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel - partikel halus yang ditunjukan untuk di teteskan pada telinga bagian luar. Sediaan ini mengandung
partikel padat tidak larut yang terdispersi merata dalam cairan pembawa yang
sesuai. Pada Farmakope Indonesia edisi III tercantum bahwa bahan pensuspensi
yang digunakan adalah sorbitan, polisorbat, atau surfaktan lain yang cocok.
Sebagai bahan pembawa pada sediaan ini sebaiknya bukan air, karena bahan
obat pada sediaan tetes telinga harus dapat menempel dengan baik pada
dinding telinga, sehingga konsistensinya juga harus kental. Disamping itu
dengan adanya air pada telinga dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi.
Bahan pembawa yang biasa digunakan untuk sediaan tetes telinga adalah
gliserol dan propilenglikol. Contoh sediaan suspensi tetes telinga adalah
Erlamicetine Ear Drop®.
Suspensi oftlamik adalah sedian cair steril yang mengandung partikel
sangat halus yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian
pada mata. Mengandung partikel padat yang halus dan terdispersi
merata dalam cairan pembawa yang sesuai. Partikel padat yang terkandung
dalam suspensi ini harus sangat halus agar tidak menimbulkan iritasi dan
menyebabkan goresan atau luka pada selaput mata. Pada sediaan tetes mata
juga tidak boleh digunakan apabila bahan/partikel padatnya menggumpal atau
mengeras. Contoh sediaan suspensi tetes mata adalah Cendo Xitrol eye drop®.
Suspensi untuk injeksi terkontitusi adalah sediaan padat kering dengan
bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi
semua persyaratan untuk suspensi. Steril setelah penambahan bahan
yang sesuai. Sediaan suspensi ini tidak boleh
disuntikkan secara intravena atau intraspinal karena dapat menyebabkan
penyumbatan pada pembuluh vena atau cairan cerebrospinal. Sediaan suspensi
ini dapat berupa cairan maupun serbuk yang harus dilarutkan terlebih dahulu
dengan pelarut yang sesuai (rekonstitusi). Contoh sediaan suspensi injeksi
adalah Zycortal Suspension®
Suspensi lavement. Sediaan ini merupakan suspensi dalam pembawa yang sesuai ditujukan untuk
penggunaan pada rektal/anus. Cairan pembawa yang digunakan biasanya
adalah mucilago amyli.
Syarat – syarat suspensi
a) Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intravena dan intrarektal
b) Suspensi yang dinyatakan untuk di gunakan dengan cara tertentu
harus mengandung zat antimikroba.
c) Suspensi harus di kocok sampai merata (terdispersi secara merata)
sebelum digunakan
d) Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat
e) Suspensi terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
f) Jika dikocok harus segera terdispersi kembali
g) Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas
h) Keketalan suspense tidak boleh terlalu tinggi agar mudah di kocok
dan di tuang
i) Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran
partikel dari suspenoid tetap agak konstan untuk waktu yang lama
pada penyimpanan.
STABILITAS SUSPENSI
Suspensi yang berkualitas atau stabil adalah sediaan yang memiliki sifat
lambat terjadi pengendapan dan mudah terdispersi/homogen kembali dengan
pengocokan ringan. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi stabilitas suatu
suspensi antara lain :
1. Ukuran partikel
Suatu hal yang dapat dilakukan untuk memperlambat gerakan partikel dalam
mengendap adalah dengan cara memperkecil ukuran partikel. Semakin kecil
ukuran partikel, maka akan semakin kecil pula gerakan partikel tersebut turun
kebawah untuk mengendap (lebih stabil). Ukuran partikel dapat diperkecil
dengan cara digerus menggunakan mortir, mixer, homogenizer, dan lain-lain.
2. Viskositas
Viskositas atau tingkat kekentalan suatu cairan juga dapat mempengaruhi
kecepatan aliran dari suatu cairan. Semakin kental suatu cairan, maka semakin kecil kecepatan partikel dalam bergerak.
Sehingga partikel padat yang berada di
dalam cairan yang kental akan lebih lambat turun kebawah untuk mengendap.
Tetapi perlu diingat bahwa suatu suspensi tidak boleh terlalu kental agar
sediaan dapat mudah dikocok dan dituang.
Pada Hukum Stokes dapat dilihat hubungan antara kekentalan dan kecepatan
aliran pada suatu cairan.
V = d2.
(ρ1 – ρ2).g
18ⴄ
Keterangan :
V = kecepatan aliran
d = diameter partikel
ρ1 = berat jenis dari partikel
ρ2 = berat jenis cairan
g = konstanta gravitasi
𝛈 = viskositas cairan
3. Jumlah partikel
Jumlah partikel atau kosentrasi zat di dalam suatu sediaan sangat berpengaruh
terhadap kestabilan suspensi. Semakin banyak zat atau pertikel yang
terkandung dalam suspensi, maka kosentrasinya akan semakin besar, hal
ini mengakibatkan partikel tersebut akan sulit bergerak bebas dan sering terjadi
benturan antar partikel yang pada akhirnya mengakibatkan partikel tersebut
akan semakin cepat turun menjadi endapan.
Jumlah partikel atau kosentrasi ini tidak dapat kita kendalikan karena sudah
ditentukan oleh dokter sesuai jumlah yang ditulis dalam resep.
4. Sifat atau muatan partikel
Pada suatu suspensi dapat terdiri dari beberapa macam partikel yang sifatnya
tidak sama. Hal ini menyebabkan kemungkinan dapat terjadinya interaksi antar
bahan atau pertikel tersebut dan menghasilkan bahan yang sukar larut sehingga
mempercepat terjadinya endapan. Hal ini tidak dapat kita ubah karena sifat
bahan atau partikel tersebut sudah merupakan sifat alam.
Kondisi stabilitas fisik sediaan suspensi merupakan kondisi suspensi ketika
partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistibusi merata dalam cairan
pembawa. Partikel yang mengendap dapat saling melekat oleh suatu kekuatan
untuk membentuk agregat dan selanjutnya membentuk compacted cake, atau
lebih dikenal dengan istilah caking yang sulit untuk dapat terdispersi merata
kembali, hal inilah yang dihindari dalam suatu sediaan suspensi.
Dapat kita cermati dari keempat faktor yang dapat mempengaruhi
stabilitas suspensi diatas, faktor kosentrasi dan sifat partikel merupakan faktor
yang tetap dan tidak dapat kita ubah. Kosentrasi merupakan jumlah obat yang
tertulis di dalam resep, sedangkan sifat atau muatan partikel adalah sifat alam
yang merupakan sifat alam.
BAHAN PENSUSPENSI (Suspending Agent)
Suspensi agent ini terbagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1). Bahan pensuspensi alam
Golongan suspending agent ini berasal dari alam yang merupakan jenis gom/
hidrokoloid. Gom dapat larut atau mengembang dan mengikat air sehingga
membentuk mucilagi atau lendir. Mucilago yang terbentuk akan menaikkan
viskositas dan meningkatkan stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat
dipengaruhi oleh panas, pH dan proses fermentasi bakteri.
Contoh suspending agent golongan gom adalah :
1. Acasia (pulvis gummi arabici)
Bahan pensuspensi ini diperoleh dari getah/eksudat tanaman akasia (Acacia
sp.)
Memiliki sifat dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkohol dan
bersifat asam. Mucilago yang terbentuk dari gom ini akan memiliki viskositas
yang optimum pada pH 5-9, diluar pH tersebut viskositas atau kekentalan
mucilago akan berkurang dan stabilitas suspensi dapat menurun.
Gom
ini mudah dirusak oleh bakteri, sehingga pada pembuatan suspensi yang
menggunakan bahan pensuspensi ini harus menambahkan bahan pengawet.
2. Chondrus
Bahan pensuspensi ini diperoleh dari tanaman chondrus crispus atau
girgantina mamilosa, memiliki sifat dapat larut dalam air, tidak dapat larut
dalam alkohol, bersifat basa.
Ekstrak dari chondrus disebut caragen, dan
banyak digunakan dalam industri makanan. Ekstrak ini merupakan derivat
dari sakarida sehingga medah dirusak oleh bakteri, oleh karena itu pada
pembuatan suspensi juga membutuhkan tambahan bahan pengawet.
3. Tragacanth
Bahan pensuspensi ini diperoleh dari eksudat tanaman astragalus
gummifera.
Bahan ini mengalami hidrasi yang sangat lambat, sehingga
sebaiknya dilakukan pemanasan agar terbentuk mucilago yang optimal dan
lebih cepat. Mucilago yang terbentuk dari tragacanth lebih kental daripada
mucilago dari gom arab.
Mucilago tragacanth ini sangat baik digunakan
sebagai bahan pensuspensi, tetapi tidak dapat digunakan untuk emulsi.
4. Algin
Bahan pensuspensi ini diperoleh dari spesies ganggang laut.
Dipasaran
banyak tersedia bentuk garamnya, yaitu natrium alginat. Bentuk garamnya
ini bersifat dapat larut dalam air, dan mudah mengalami fermentasi bakteri,
sehingga pada pembuatan suspensinya juga harus diberi tambahan bahan
pengawet. Jumlah yang digunakan sebagai suspending agent adalah sekitar
1-2%.
Jika dicermati, suspending agent yang dapat membentuk mucilago
dan juga berasal dari bahan alam ada yang bukan berasal dari golongan
gom, yaitu tanah liat. Bahan dari tanah liat yang sering digunakan sebagai
suspending agent adalah bentonit, hectorite, veegum. Kelebihan bahan ini
sebagai suspending agent adalah dalam pembuatan suspensi tidak perlu
penambahan bahan pengawet.
Jika tanah liat dimasukkan ke dalam air, maka
akan terjadi peristiwa tiksotrofi yaitu mengembang dan mudah bergerak jika
dilakukan pengocokan. Viskositas cairan akan meningkat dan suspensi yang
terbentuk akan lebih stabil.
Tanah liat tidak larut di dalam air, sehingga untuk mencampurkannya
ke dalam suspensi adalah dengan cari menaburkannya pada campuran.
Kelebihan bahan pensuspensi tanah liat adalah tidak dipengaruhi oleh
suhu/panas dan pertumbuhan bakteri, karena tanah liat merupakan senyawa
anorganik dan bukan golongan karbohidrat.
2). Bahan pensuspensi sintesis
Golongan suspending agent ini bukan berasal dari alam yang merupakan buatan
dengan meraksikan suatu senyawa.
Bahan pensuspensi itu antara lain :
Derivat selulosa
Bahan pensuspensi yang termasuk dalam derivat ini adalah metil seslulosa,
karboksi metil selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa, dan lain-lain.
Bahanbahan ini tidak dapat diabsorbsi oleh usus halus serta tidak beracun sehingga
banyak digunakan pula dalam bahan tambahan makanan. Selain dapat
digunakan sebagai bahan pensuspensi, derivat ini juga dapat digunakan
untuk laksansia dan sebagai bahan penghancur (desintegrator) dalam pembuatan sediaan tablet.
Derivat organik polimer
Bahan pensuspensi yang termasuk dalam derivat ini adalah Carbophol.
Senyawa ini berupa serbuk putih sedikit larut dalam air, bersifat asam, tidak
beracun dan tidak mengiritasi kulit. Senyawa ini hanya dibutuhkan sebanyak
1% untuk dapat menghasilkan suspensi dengan viskositas yang optimal.
Senyawa ini sensitif terhadap panas dan elektrolit. Suhu yang tinggi atau
dengan penambahan cairan elektrolit dapat menurunkan viskositas dari
suspensi yang dibuat dengan bahan pensuspensi carbophol.