Selasa, 03 Januari 2023

MATERI SEDIAAN SUSPENSI (BAGIAN 01)

 SEDIAAN OBAT SUSPENSI

Menurut Farmakope Indonesia V, Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.





Sesuai sifatnya, partikel yang terdapat dalam suspensi dapat mengendap pada dasar wadah bila didiamkan. Pengendapan seperti pemadatan, sehingga sulit terdispersi kembali, walaupun dengan pengocokkan.

Kenapa dibuat sediaan bentuk suspensi ????

1. Beberapa orang sulit menelan obat bentuk tablet.
2. Sukar larut dalam air.
3. Dalam bentuk terlarut berasa pahit
4. Labih stabil secara kimia daripada bentuk terlarut
5. Lebih siap secara bioavibilitas daripada bentuk tablet/kapsul.

Cara mengatasi masalah tersebut adalah perlu ditambahkan zat yang sesuai untuk meningkatkan kekentalan dan bentuk gel suspensi seperti tanah liat, surfaktan, poliol atau gula.

Hal yang sangat penting adalah suspensi harus dikocok dengan baik sebelum digunakan untuk menjamin distribusi bahan padat yang merata dalam pembawa sehingga menjamin keseragaman dan dosis yang tepat.








Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intravena (I.V) dan intatekal. 
Suspensi disimpan dalam wadah tertutup rapat.
Sistem Dispersi adalah suatu sistem imun heterogen yang terdiri atas 2 fase, dengan fase internal terdistribusi atau fase terdispersi dalam fase eksternal.


Bentuk sediaan suspensis sering dipilih jika obat tidak larut dalam pembawa (umumnya air), pada dosis/takaran obat yang diperlukan, dan/atau usaha untuk melarutkan melalui cara penggunaan kosolven menimbulkan masalah pada stabilitas produk.

KEUNTUNGAN SEDIAAN SUSPENSI

1. Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet / kapsul, terutama anak-anak. 
2. Homogenitas tinggi 
3. Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet / kapsul (karena luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat). 
4. Dapat menutupi rasa tidak enak / pahit obat (dari larut / tidaknya) 
5. Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air. 

KEKURANGAN SEDIAAN SUSPENSI

1. Kestabilan rendah (pertumbuhan kristal (jika jenuh), degradasi, dan lainlain) 
2. Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali sehingga homogenitasnya turun. 
3. Aliran menyebabkan sukar dituang 
4. Ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan 
5. Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi (cacking, flokulasi-deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi / perubahan temperatur. 
6. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang diinginkan. 
7. Penyiapan lebih komplek apalagi untuk sediaan injeksi 
8. Setelah dicampurkan tidak tahan lama (khusus serbuk kering yang diambah pensuspensi)

Macam - macam suspensi 

Suspensi menurut jenisnya 

a. Suspensi siap digunakan 

b. Suspensi yang dikonstitusikan dengan sejumlah air pro injeksi atau pelarut lain yang sesuai Sebelum digunakan.

Suspensi yang berupa campuran padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu seperti ini disebut ''untuk suspensi oral''. Dry suspensi kering atau rekonstitusi/terekonstitusi.
- Suspensi ini umumnya untuk antibiotika yang tidak stabil dalam bentuk cairan untuk waktu penyimpanan yang lama dan dibuat dengan komponen lain, yaitu pensuspensi, pewarna, pemanis dan pengaroma sehingga bila sediaan ini akan diserahkan kepada pasien, peracik obat tinggal menambahkan sejumlah air pembawa dan mengocok campuran sampai homogen.
- Pada etiket dry suspensi harus tertera :
   1. Volume cairan pembawa yang diperlukan
   2. Sebelum digunakan, dilarutkan atau disuspensikan dahulu dalam cairan pembawa.

Suspensi Menurut penggunaannya 

Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, yang ditujukan untuk penggunaan oral. Suatu sediaan cair yang penggunaannya melalui saluran pencernaan (diminum). Sediaan ini mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi merata dalam cairan pembawa air.

Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang terdispersi dalam cairan pembawa cair yang di tunjukkan untuk penggunaan kulit. Mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi merata dalam cairan pembawa yang sesuai. Suspensi topikal ini dikenal juga dengan istilah Lotio. Sediaan lotio memiliki karakteristik menyebar pada area kulit saat digunakan dan harus segera kering sehingga tidak mudah mengalir dalam pemakaian. Dalam formula lotio sering ditambahkan etanol 90% untuk mempercepat proses pengeringan dan memberikan rasa dingin saat pemakaian. Disamping itu, suspensi ini juga dapat ditambahkan gliserol untuk menjaga kelembapan kulit. Contoh sediaan suspensi topikal adalah Caladine® Lotion.

Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel - partikel halus yang ditunjukan untuk di teteskan pada telinga bagian luar. Sediaan ini mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi merata dalam cairan pembawa yang sesuai. Pada Farmakope Indonesia edisi III tercantum bahwa bahan pensuspensi yang digunakan adalah sorbitan, polisorbat, atau surfaktan lain yang cocok. 
         Sebagai bahan pembawa pada sediaan ini sebaiknya bukan air, karena bahan obat pada sediaan tetes telinga harus dapat menempel dengan baik pada dinding telinga, sehingga konsistensinya juga harus kental. Disamping itu dengan adanya air pada telinga dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi. Bahan pembawa yang biasa digunakan untuk sediaan tetes telinga adalah gliserol dan propilenglikol. Contoh sediaan suspensi tetes telinga adalah Erlamicetine Ear Drop®.



Suspensi oftlamik adalah sedian cair steril yang mengandung partikel sangat halus yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Mengandung partikel padat yang halus dan terdispersi merata dalam cairan pembawa yang sesuai. Partikel padat yang terkandung dalam suspensi ini harus sangat halus agar tidak menimbulkan iritasi dan menyebabkan goresan atau luka pada selaput mata. Pada sediaan tetes mata juga tidak boleh digunakan apabila bahan/partikel padatnya menggumpal atau mengeras. Contoh sediaan suspensi tetes mata adalah Cendo Xitrol eye drop®.
Suspensi untuk injeksi terkontitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi. Steril setelah penambahan bahan yang sesuai. Sediaan suspensi ini tidak boleh disuntikkan secara intravena atau intraspinal karena dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh vena atau cairan cerebrospinal. Sediaan suspensi ini dapat berupa cairan maupun serbuk yang harus dilarutkan terlebih dahulu dengan pelarut yang sesuai (rekonstitusi). Contoh sediaan suspensi injeksi adalah Zycortal Suspension®


Suspensi lavement. Sediaan ini merupakan suspensi dalam pembawa yang sesuai ditujukan untuk penggunaan pada rektal/anus. Cairan pembawa yang digunakan biasanya adalah mucilago amyli.

Syarat – syarat suspensi 

a) Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intravena dan intrarektal 
b) Suspensi yang dinyatakan untuk di gunakan dengan cara tertentu harus mengandung zat antimikroba. 
c) Suspensi harus di kocok sampai merata (terdispersi secara merata) sebelum digunakan d) Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat 
e) Suspensi terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap 
f) Jika dikocok harus segera terdispersi kembali 
g) Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas 
h) Keketalan suspense tidak boleh terlalu tinggi agar mudah di kocok dan di tuang
 i) Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspenoid tetap agak konstan untuk waktu yang lama pada penyimpanan.

STABILITAS SUSPENSI

Suspensi yang berkualitas atau stabil adalah sediaan yang memiliki sifat lambat terjadi pengendapan dan mudah terdispersi/homogen kembali dengan pengocokan ringan. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi stabilitas suatu suspensi antara lain : 

1. Ukuran partikel 

Suatu hal yang dapat dilakukan untuk memperlambat gerakan partikel dalam mengendap adalah dengan cara memperkecil ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, maka akan semakin kecil pula gerakan partikel tersebut turun kebawah untuk mengendap (lebih stabil). Ukuran partikel dapat diperkecil dengan cara digerus menggunakan mortir, mixer, homogenizer, dan lain-lain. 

2. Viskositas 

Viskositas atau tingkat kekentalan suatu cairan juga dapat mempengaruhi kecepatan aliran dari suatu cairan. Semakin kental suatu cairan, maka semakin  kecil kecepatan partikel dalam bergerak
Sehingga partikel padat yang berada di dalam cairan yang kental akan lebih lambat turun kebawah untuk mengendap. Tetapi perlu diingat bahwa suatu suspensi tidak boleh terlalu kental agar sediaan dapat mudah dikocok dan dituang. 
Pada Hukum Stokes dapat dilihat hubungan antara kekentalan dan kecepatan aliran pada suatu cairan. 
 
                                    V   =   d2. (ρ1 – ρ2).g
                                                  18

Keterangan : 
V   = kecepatan aliran 
d   = diameter partikel 
ρ1 = berat jenis dari partikel 
ρ2 = berat jenis cairan 
g = konstanta gravitasi 
𝛈 = viskositas cairan

3. Jumlah partikel

Jumlah partikel atau kosentrasi zat di dalam suatu sediaan sangat berpengaruh terhadap kestabilan suspensi. Semakin banyak zat atau pertikel yang terkandung dalam suspensi, maka kosentrasinya akan semakin besar, hal ini mengakibatkan partikel tersebut akan sulit bergerak bebas dan sering terjadi benturan antar partikel yang pada akhirnya mengakibatkan partikel tersebut akan semakin cepat turun menjadi endapan. 
Jumlah partikel atau kosentrasi ini tidak dapat kita kendalikan karena sudah ditentukan oleh dokter sesuai jumlah yang ditulis dalam resep.

4. Sifat atau muatan partikel

Pada suatu suspensi dapat terdiri dari beberapa macam partikel yang sifatnya tidak sama. Hal ini menyebabkan kemungkinan dapat terjadinya interaksi antar bahan atau pertikel tersebut dan menghasilkan bahan yang sukar larut sehingga mempercepat terjadinya endapan. Hal ini tidak dapat kita ubah karena sifat bahan atau partikel tersebut sudah merupakan sifat alam.
Kondisi stabilitas fisik sediaan suspensi merupakan kondisi suspensi ketika partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistibusi merata dalam cairan pembawa. Partikel yang mengendap dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan selanjutnya membentuk compacted cake, atau lebih dikenal dengan istilah caking yang sulit untuk dapat terdispersi merata kembali, hal inilah yang dihindari dalam suatu sediaan suspensi.
Dapat kita cermati dari keempat faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas suspensi diatas, faktor kosentrasi dan sifat partikel merupakan faktor yang tetap dan tidak dapat kita ubah. Kosentrasi merupakan jumlah obat yang tertulis di dalam resep, sedangkan sifat atau muatan partikel adalah sifat alam yang merupakan sifat alam.

BAHAN PENSUSPENSI (Suspending Agent)

Suspensi agent ini terbagi menjadi 2 golongan, yaitu : 

1). Bahan pensuspensi alam 

Golongan suspending agent ini berasal dari alam yang merupakan jenis gom/ hidrokoloid. Gom dapat larut atau mengembang dan mengikat air sehingga membentuk mucilagi atau lendir. Mucilago yang terbentuk akan menaikkan viskositas dan meningkatkan stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, pH dan proses fermentasi bakteri. 
Contoh suspending agent golongan gom adalah : 

1. Acasia (pulvis gummi arabici) 

Bahan pensuspensi ini diperoleh dari getah/eksudat tanaman akasia (Acacia sp.)
Memiliki sifat dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkohol dan bersifat asam. Mucilago yang terbentuk dari gom ini akan memiliki viskositas yang optimum pada pH 5-9, diluar pH tersebut viskositas atau kekentalan mucilago akan berkurang dan stabilitas suspensi dapat menurun. 
Gom ini mudah dirusak oleh bakteri, sehingga pada pembuatan suspensi yang menggunakan bahan pensuspensi ini harus menambahkan bahan pengawet.

2. Chondrus 

Bahan pensuspensi ini diperoleh dari tanaman chondrus crispus atau girgantina mamilosa, memiliki sifat dapat larut dalam air, tidak dapat larut dalam alkohol, bersifat basa. 
Ekstrak dari chondrus disebut caragen, dan banyak digunakan dalam industri makanan. Ekstrak ini merupakan derivat dari sakarida sehingga medah dirusak oleh bakteri, oleh karena itu pada pembuatan suspensi juga membutuhkan tambahan bahan pengawet.

3. Tragacanth 

Bahan pensuspensi ini diperoleh dari eksudat tanaman astragalus gummifera. 
Bahan ini mengalami hidrasi yang sangat lambat, sehingga sebaiknya dilakukan pemanasan agar terbentuk mucilago yang optimal dan lebih cepat. Mucilago yang terbentuk dari tragacanth lebih kental daripada mucilago dari gom arab. 
Mucilago tragacanth ini sangat baik digunakan sebagai bahan pensuspensi, tetapi tidak dapat digunakan untuk emulsi.

4. Algin 

Bahan pensuspensi ini diperoleh dari spesies ganggang laut. 
Dipasaran banyak tersedia bentuk garamnya, yaitu natrium alginat. Bentuk garamnya ini bersifat dapat larut dalam air, dan mudah mengalami fermentasi bakteri, sehingga pada pembuatan suspensinya juga harus diberi tambahan bahan pengawet. Jumlah yang digunakan sebagai suspending agent adalah sekitar 1-2%. 
        Jika dicermati, suspending agent yang dapat membentuk mucilago dan juga berasal dari bahan alam ada yang bukan berasal dari golongan gom, yaitu tanah liat. Bahan dari tanah liat yang sering digunakan sebagai suspending agent adalah bentonit, hectorite, veegum. Kelebihan bahan ini sebagai suspending agent adalah dalam pembuatan suspensi tidak perlu penambahan bahan pengawet. 
        Jika tanah liat dimasukkan ke dalam air, maka akan terjadi peristiwa tiksotrofi yaitu mengembang dan mudah bergerak jika dilakukan pengocokan. Viskositas cairan akan meningkat dan suspensi yang terbentuk akan lebih stabil. 
    Tanah liat tidak larut di dalam air, sehingga untuk mencampurkannya ke dalam suspensi adalah dengan cari menaburkannya pada campuran. Kelebihan bahan pensuspensi tanah liat adalah tidak dipengaruhi oleh suhu/panas dan pertumbuhan bakteri, karena tanah liat merupakan senyawa anorganik dan bukan golongan karbohidrat.

2). Bahan pensuspensi sintesis 

Golongan suspending agent ini bukan berasal dari alam yang merupakan buatan dengan meraksikan suatu senyawa. 
Bahan pensuspensi itu antara lain : 

Derivat selulosa 

Bahan pensuspensi yang termasuk dalam derivat ini adalah metil seslulosa, karboksi metil selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa, dan lain-lain. 
Bahanbahan ini tidak dapat diabsorbsi oleh usus halus serta tidak beracun sehingga banyak digunakan pula dalam bahan tambahan makanan. Selain dapat digunakan sebagai bahan pensuspensi, derivat ini juga dapat digunakan untuk laksansia dan sebagai bahan penghancur (desintegrator) dalam pembuatan sediaan tablet.

Derivat organik polimer 

Bahan pensuspensi yang termasuk dalam derivat ini adalah Carbophol. 
Senyawa ini berupa serbuk putih sedikit larut dalam air, bersifat asam, tidak beracun dan tidak mengiritasi kulit. Senyawa ini hanya dibutuhkan sebanyak 1% untuk dapat menghasilkan suspensi dengan viskositas yang optimal. 
Senyawa ini sensitif terhadap panas dan elektrolit. Suhu yang tinggi atau dengan penambahan cairan elektrolit dapat menurunkan viskositas dari suspensi yang dibuat dengan bahan pensuspensi carbophol.

 

MATERI SEDIAAN PULVIS ET PULVERES