Selasa, 03 Januari 2023

MATERI SEDIAAN EMULSI (BAGIAN 02)

Emulgator 

Emulgator merupakan zat untuk meningkatkan stabilitas emulsi karena membantu terdispersinya suatu zat pada fase tertentu. 
        Dalam pembuatan sediaan emulsi terdapat beberapa golongan emulgator yang dapat digunakan, antara lain : 

1. Emulgator alam dari tumbuh - tumbuhan 

Golongan ini merupakan emulgator yang peka terhadap elektrolit, alkohol kadar tinggi, dan dapat dirusak oleh bakteri. Emulgator pada golongan ini biasanya adalah emulgator jenis karbohidrat dengan tipe o/w. Pada pembuatan sediaan emulsi, emulgator ini membutuhkan penambahan zat pengawet. 

Emulgator yang termasuk golongan ini contohnya adalah : 

a. Pulvis gummi arabicum (gom arab) / PGA

Merupakan emulgator yang sangat baik untuk tipe emulsi o/w dan untuk obat minum. Dapat membentuk emulsi yang sangat stabil dan kekentalannya tidak terlalu tinggi. 

Ada 2 metode yang mendasari gom arab dapat menjaga stabilitas emulsi, antara lain : 
1)   Gom arab bekerja membentuk koloid pelindung (teori interfacial film) 
2) Gom arab membentuk cairan yang kental sehingga laju pengendapan menjadi berkurang, tetapi masa tetap mudah dituang (tiksotropi). 

Secara umum, emulsi dengan gom arab membutuhkan sejumlah ½ dari jumlah minyaknya. 
Untuk menghasilkan corpus emulsi yang baik, dibutuhkan air sebanyak 1,5x berat gom arab, diaduk dengan cepat hingga putih , lalu diencerkan dengan sisa air yang tersedia. 

Untuk membuat emulsi lemak padat, dibutuhkan gom arab sama banyak dengan jumlah lemak padat tersebut. 

Cara pembuatannya adalah dengan melebur lemak padat tersebut lalu ditambahkan gom. Kemudian tambahkan air panas sebanyak 1,5x berat gom. Langkah terakhir adalah mendinginkan dan mengencerkan emulsi dengan sisa air. 

Untuk minyak atsiri dan balsam - balsam, menggunakan PGA dengan jumlah sama banyak. 

Minyak lemak membutuhkan PGA ½ kali berat minyak, kecuali oleum ricini karena memiliki gugus OH yang hidrofil, maka membutuhkan PGA yang lebih sedikit untuk membuat emulsi yaitu sebanyak 1/3 nya saja. 

Jika pada formula emulsi terdapat bahan obat cair dengan berat jenis yang tinggi seperti chloroform, bromoform, maka terlebih dahulu minyak lemak ditambahkan 10x beratnya sehingga BJ campuran dapat mendekati angka satu. Kemudian ditambahkan PGA sebanyak ¾ kali bahan obat cair tersebut.

Khusus untuk minyak ikan atau oleum Liecoris aseli menggunakan PGA sebanyak 30% dari berat minyak untuk membuat emulsi.

b. Tragacanth 

Zat ini dapat berubah menjadi cairan yang lebih kental daripada gom apabila dilarutkan dalam air, sehingga hanya membutuhkan 1/10 kali gom arab untuk membuat suatu emulsi dengan viskositas yang baik. 
Tragakan bekerja optimal pada pH 4,5-6. Dalam pembuatan corpus emulsi, jumlah air yang dibutuhkan lebih banyak karena viskositas cairan yang dihasilkan sangat kental, yaitu sebanyak 20x berat tragakan. 
Berdasarkan sifatnya, tragakan sebagai emulgator hanya berperan sebagai pengental, tidak dapat menjadi koloid pelindung. 

c. Agar-agar 

Emulgator ini juga berperan sebagai pengental, sehingga masih dapat ditambahkan emulgator lain seperti PGA untuk mendapatkan efek sebagai koloid pelindung. 
Untuk mengaktifkan sebagai emulgator, terlebih dahulu agar-agar dilarutkan dengan air mendidih, kemudian secara perlahan diturunkan suhunya menjadi 45 derajat C, suhu tersebut sebaiknya dijaga, karena apabila suhu terlalu rendah maka konsistensi agar-agar dapat berubah menjadi gel. 
Agar-agar dapat digunakan sebagai emulgator dengan kadar 1-2%.

d. Chondrus 

Secara umum cara mempersiapkan zat ini sebagai emulgator adalah sama seperti agar-agar. Kelebihan emulgator ini adalah dapat menutupi rasa dari minyak ikan, sehingga lebih nyaman dikonsumsi. 

e. Emulgator lain 

Emulgator lain yang dapat digunakan untuk membuat emulsi adalah seperti pektin, metil selulosa, karboksimetil selulosa (CMC). 
Emulgator ini cenderung lebih sedikit penggunaannya, yaitu sebesar 0,5-2% saja.

2. Emulgator alam dari hewan 

Pada umumnya emulgator ini mengandung protein dan kolesterol. Bahan yang termasuk emulgator ini adalah : 

a. Vitellum ovi atau kuning telur 

Kuning telur mengandung kolesterol dan lesitin yang dapat berfungsi sebagai emulgator. Lesitin merupakan golongan protein/asam amino yang dapat berperan sebagai emulgator tipe o/w. Kuning telur dapat digunakan untuk emulsi minyak lemak 4x beratnya dan untuk minyak menguap sebanyak 2x beratnya.

b. Adeps lanae 

Adeps lanae atau lemak bulu domba adalah salah satu zat yang dapat digunakan sebagai emulgator. Adeps lanae mengandung kolesterol yang cukup tinggi. 

Adeps lanae digunakan sebagai emulgator untuk emulsi tipe w/o dan biasanya digunakan untuk pemakaian luar badan. Emulgator ini dapat meningkatkan kemampuan minyak dalam menyerap sejumlah air. Adeps lanae dalam kondisi kering dapat menyerap air sebanyak 2x dari beratnya.

3. Emulgator alam dari tanah mineral 

Golongan ini merupakan emulgator yang berasal dari senyawa anorganik dan biasanya digunakan untuk pemakaian luar. 
Beberapa senyawa yang termasuk golongan emulgator ini adalah : 

a. Magnesiun Alumunium silikat 

Emulgator ini banyak dikenal dengan nama veegum. Merupakan emulgator yang umumnya digunakan dalam pembuatan emulsi tipe o/w dan digunakan untuk pemakaian luar badan. 
Penggunaan emulgator ini adalah sebanyak 1%. 

b. Bentonit 

Emulgator ini termasuk tanah liat yang mengandung senyawa alumunium silikat. Senyawa ini dapat menyerap air dalam jumlah banyak dan membentuk gel. Penggunaan emulgator ini adalah sebanyak 5% untuk membentuk emulsi tipe w/o.

4. Emulgator buatan atau sintesis 

Golongan ini merupakan emulgator yang dibuat secara kimia, contoh emulgator ini antara lain : 

a. Sabun 

Emulgator ini biasanya digunakan untuk emulsi pemakaian luar dan sifatnya sangat sensitif terhadap penambahan elektrolit. Emulsi yang dihasilkan adalah tipe o/w dan w/o tergantung dari valensinya. 
Untuk sabun yang mengandung kalium, bervalensi 1 dan merupakan emulgator tipe o/w, sedangkan sabun yang mengandung kalsium, bervalensi 2 dan merupakan emulgator tipe w/o. 

b. Tween 

Dalam pembuatan emulsi, tween yang digunakan adalah tween 20, 40, 60, dan 80. 

c. Span 

Dalam pembuatan emulsi, span yang digunakan adalah span 20, 60, dan 80. Golongan emulgator sintesis ini secara umum dapat dikelompokkan berdasarkan kategori muatannya menjadi : 
a. Anionik, contohnya sabun alkali, sodium lauril sulfat 
b. Kationik, contohnya ammonium kuartener, benzalkonium klorida 
c. Non ionik, contohnya tween, span d. Amfoter, contohnya protein, lesitin.

Prosedur Pembuatan Emulsi 

Dalam skala kecil, emulsi dapat dibuat dengan cara sederhana sesuai dengan sifat komponen dan alat yang digunakan. 

Ada 3 metode yang dapat digunakan dalam pembuatan emulsi, antara lain : 

1. Metode gom kering (metode kontinental) 

Pada metode ini emulgator (PGA) ditambahkan pada minyak terlebih dahulu, kemudian ditambah air untuk membentuk corpus emulsi, dan yang terakhir diencerkan dengan sisa air yang tersedia 

2. Metode gom basah (metode inggris) 

Pada metode ini emulgator dicampurkan dengan air yang cukup terlebih dahulu untuk membentuk mucilago, kemudian ditambahkan minyak sedikit demi sedikit hingga terbentuk emulsi yang baik, dan yang terakhir diencerkan dengan sisa air yang tersedia. 

3. Metode botol (metode forbes) 

Metode ini khusus digunakan untuk membeuat emulsi dari minyak menguap dan mempunyai viskositas yang rendah (kurang kental). Mula-mula gom dimasukkan ke dalam botol kering dan ditambahkan dua bagian air, botol tersebut ditutup dan dikocok dengan kuat hingga tercampur sempurna. Kemudian ditambahakan dengan sisa air yang tersedia sedikit demi sedikit sambil dikocok kuat.

Membedakan Tipe 

Emulsi Ada beberapa metode atau cara yang dapat dilakukan untuk membedakan tipe emulsi tersebut, antara lain : 

1. Metode pengenceran fase 

Metode ini merupakan cara yang paling sederhana, prinsipnya yaitu mengencerkan emulsi dengan fase eksternalnya. 
Emulsi tipe o/w dapat diencerkan dengan air, sedangkan tipe emulsi w/o dapat diencerkan dengan minyak. 
Pengamatan dilakukan menggunakan miroskop, jika pada suatu sediaan emulsi yang ditetesi dengan air dapat terencerkan, maka emulsi tersebut tipenya adalah o/w. Sebaliknya apabila tidak terencerkan, maka emulsi tersebut tipenya adalah w/o. 

2. Metode pengecatan warna 

Cara ini dilakukan dengan penambahan reagen warna pada sediaan emulsi. Metode ini juga dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop, apabila suatu sediaan diteteskan larutan Sudan III dan terjadi perubahan warna merah, maka emulsi tersebut tipenya adalah w/o karena larutan Sudan III larut dalam minyak. 
Apabila suatu sediaan diteteskan larutan metilen blue dan terjadi perubahan warna biru, maka emulsi tersebut tipenya adalah o/w karena larutan metilen blue larut dalam air 

3. Metode konduktivitas listrik 

Metode ini dilakukan menggunakan alat seperti percobaan larutan elektrolit, yaitu berupa kawat, stop kontak, dan lampu neon ¼ watt yang dihubungkan secara seri. 
Lampu neon akan menyala jika dicelupkan pada cairan emulsi tipe o/w karena fase eksternalnya adalah air yang dapat menghantarkan arus listrik. Sebaliknya lampu tersebut tidak akan menyala jika dicelupkan pada emulsi tipe w/o karena fase eksternalnya adalah minyak yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. 

4. Menggunakan kertas saring 

Kertas saring yang ditetesi larutan emulsi tipe o/w akan menyebabkan kertas saring tersebut menjadi basah, sedangkan kertas saring yang ditetesi larutan emulsi tipe w/o akan menyebabkan timbulnya bercak noda minyak pada kertas saring tersebut.

Stabilitas Emulsi 

Emulsi yang baik dan dapat dikatakan stabil apabila dua fase yang terkandung di dalamnya tetap terdispersi merata dalam bentuk tetesan kecil. Emulsi dapat dikatakan tidak stabil apabila mengalami hal-hal berikut : 

1. Creaming 

Creaming merupakan peristiwa emulsi yang terpisah menjadi dua lapisan, yaitu fase dispers yang lebih banyak daripada lapisan yang lain. Peristiwa ini bersifat reversible, yaitu hanya bersifat sementara, jika larutan ini dikocok maka emulsi akan kembali terdispersi atau homogen. 

2. Koalesen dan cracking (breaking) 

Peristiwa ini merupakan suatu keadaan emulsi yang pecah karena lapisan film yang melapisi partikel sudah rusak dan tetesan-tetesan minyak mengalami koalesensi / menyatu. Keadaan ini bersifat irreversible, yaitu tidak dapat kembali seperti semula. 

Peristiwa ini dapat terjadi disebabkan oleh : 

a. Peristiwa kimia

Seperti penambahan alkohol, elektrolit, perubahan pH, penambahan CaO atau CaCl2 eksikatus 

b. Peristiwa fisika

Seperti perubahan suhu yang drastis (pemanasan atau pendinginan), penyaringan, pengadukan yang terlalu kuat, dan lain-lain. 

3. Inversi 

Inversi merupakan peristiwa perubahan tipe emulsi yang terjadi secara tiba-tiba, tipe emulsi w/o berubah menjadi tipe emulsi o/w dan juga sebaliknya. 
Keadaan ini bersifat irreversible, yaitu tidak dapat kembali seperti semula walaupun dilakukan pengocokan yang kuat.

MATERI SEDIAAN PULVIS ET PULVERES