Prosedur Pembuatan Suppositoria
Sediaan suppositoria secara umum dapat dibuat dengan 3 metode
yaitu menggunakan cetakan, menggunakan kompresi, dan menggulung serta
membentuk dengan tangan.
1. Dengan cetakan
Metode ini menggunakan alat cetakan suppositoria yang terbuat dari besi
dan dilapisi nikel atau dari bahan logam lainnya. Alat cetakan suppositoria
mula-mula dibasahi terlebih dahulu dengan parafin cair bila memakai
bahan dasar gelatin gliserin, akan tetapi jika suppositoria yang akan dibuat
menggunakan bahan dasar oleum cacao atau PEG tidak perlu dibasahi terlebih
dahulu, karena dapat menyebabkan suppositoria menjadi mengerut pada saat
pendinginan dan terlepas dari cetakan.
2. Dengan kompresi
Metode ini menggunakan alat dengan sistem tekanan. Pada metode
ini, proses penuangan massa suppositoria, pendinginan dan pelepasan
suppositoria dilakukan dengan mesin secara otomatis. Kapasitas mesin dapat
menghasilkan suppositoria sebanyak 3500-6000 tiap jam.
3. Dengan tangan
Metode ini digunakan pada pembuatan suppositoria dengan bahan dasar
oleum cacao dan untuk skala kecil, serta untuk bahan obat yang tidak tahan
panas. Metode ini tidak cocok dilakukan pada wilayah dengan iklim panas.
Oleh karena sudah adanya cetakan dalam pembuatan suppositoria dengan
bermacam-macam ukuran dan bentuk, maka pembuatan suppositoria dengan
tangan oleh ahli farmasi sekarang rasanya sudah hampir tidak pernah
dilakukan, akan tetapi metode melinting dan membentuk suppositoria dengan
tangan merupakan bagian dari sejarah seni para ahli farmasi.
Metode yang sering dan lazim digunakan baik dalam skala kecil maupun
industri adalah metode pencetakan.
Pembuatan suppositoria dengan metode ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Memilih bahan dasar yang cocok untuk tujuan pemberian suppositoria, baik
yang dapat meleleh pada suhu tubuh maupun yang dapat larut dalam cairan
yang ada di dalam rektum
2. Bahan obat dilarutkan denga basis suppositoria, bila perlu dengan pemanasan
3. Apabila bahan obat sukar larut dalam basis suppositoria, maka bahan obat
tersebut dibuat serbuk halus terlebih dahulu
4. Massa campuran bahan obat dan basis suppositoria dicampurkan hingga
homogen dalam bentuk cairan, dituang ke dalam cetakan suppositoria
kemudian didinginkan
5. Cetakan suppositoria terbuat dari besi yang dilapisi nikel atau dari logam lain
yang cocok, tetapi ada juga yang menggunakan campuran plastik. Cetakan
sebaiknya mudah dibuka secara longitudinal atau memanjang untuk dapat
mengeluarkan suppositoria dengan mudah
6. Cetakan untuk bacilla dapat menggunakan tube kaca atau gulungan kertas
dengan ukuran tertentu
7. Formula suppositoria yang akan dibuat sebaiknya dilebihkan sebanyak 10%
untuk mengatasi massa suppositoria yang hilang akibat melekat pada alat
cetakan.
8. Parafin cair dapat digunakan untuk melapisi cetakan suppositoria dengan
basis gelatin gliserin, atau dapat pula digunakan spiritus saponatus (soft
soap liniment) sebagai pelapis cetakan, kecuali untuk suppositoria yang
mengandung garam logam karena akan bereaksi dengan sabun dan sebagai
gantinya dapat digunakan oleum ricini (minyak jarak) dalam etanol.
9. Suppositoria dengan basis oleum cacao dan PEG tidak perlu diberi pelicin
pada cetakannya karena pada proses pendinginan bahan dasar tersebut dapat
mengerut, sehingga suppositoria akan mudah lepas dari cetakannya.
Pengemasan Suppositoria
Suppositoria dengan basis gelatin gliserin disimpan dalam wadah gelas yang
tertutup rapat agar dapat mencegah terjadinya kelembaban pada suppositoria.
Sedangkan untuk suppositoria dengan basis oleum cacao dibungkus terpisahpisah atau dipisahkan satu sama lain untuk mencegah terjadinya hubungan antar
suppositoria menjadi melekat atau menempel.
Suppositoria yang mengandung
bahan obat pekat biasanya juga dikemas terpisah satu persatu dengan bahan
tidak tembus cahaya seperti alumunium foil.
Secara umum, suppositoria bersifat tidak tahan panas, maka dalam
penyimpanan juga harus diperhatikan suhunya agar tidak merusak bahan obat
maupun basis. Suppositoria harus disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat
yang sejuk
Pemeriksaan Mutu
Suppositoria
Setelah suppositoria dicetak, untuk memastikan mutu yang dihasilkan
berkualitas baik dan dapat layak untuk digunakan, maka dilakukan pemeriksaan
sebagai berikut :
1. Melakukan uji penetapan kadar zat aktif yang disesuaikan dengan yang tertera
pada etiketnya
2. Melakukan uji titik lebur, terutama untuk suppositoria dengan basis oleum
cacao
3. Melakukan uji kerapuhan, untuk mencegah suppositoria rusak atau rapuh
pada saat proses distribusi
4. Melakukan uji waktu hancur, syarat waktu hancur suppositoria dengan basis
oleum cacao adalah 3 menit, sedangkan basis PEG adalah 15 menit
5. Melakukan uji homogenitas